Kamis, 15 September 2011

Tugas_Pengantar Teknologi Informasi 01_DIO GADANG R._SIO211

Tugas_Pengantar Teknologi Informasi 01_DIO GADANG R._SIO211
NIM : 11410100079
Dosen :Bapak Cahyadi





     Masalah baterai yang cepat  panas mungkin dianggap biasa oleh banyak pengguna laptop. Tapi apakah baterai yang cepat panas benar-benar aman? Nyatanya tidak begitu. Kasus ledakan laptop merek Dell yang menjadi isu hangat belakangan ini bisa dijadikan sebagai bukti.

Pertengahan Juli kemarin, terjadi satu insiden ledakan laptop. Korbannya, Thomas Forqueran, laki-laki berusia 62 tahun asal Arizona, sedang memarkir truknya saat ia mencium bau asap. Tiba-tiba letupan api keluar dari laptop Dell Inspiron miliknya yang diletakkan di tempat duduk penumpang. Truk warisan dari ayahnya pun akhirnya rusak.

Masalah kelebihan panas (overheat) bisa dikatakan sebagai masalah yang serius. Dan masalah inilah yang memaksa perusahaan komputer besar asal Amerika, Dell, untuk menarik 4,1 juta baterai laptop-nya.

Dell terpaksa menarik kembali 4,1 juta baterai lithium-ion yang melengkapi produk laptop-nya menyusul terjadinya beberapa insiden ledakan. Baterai-baterai yang akan ditarik—merupakan hasil produksi Sony Corp. Jepang—digunakan dalam beberapa tipe laptop Dell, yaitu seri Latitude, Inspiron, dan XPS. Laptop-laptop tersebut dijual selama periode April 2004 hingga Juli 2006
.

Para pengguna yang kira-kira memiliki laptop Dell dengan baterai berisiko bisa menghubungi pihak Dell untuk meminta penggantian baterai. Pengumuman mengenai masalah ini bisa dilihat di alamat http://www.dellbatteryprogram.com.

Pihak Sony sendiri, seperti yang dilansir oleh Washington Post, mengakui bahwa penukaran baterai ini cukup memberi imbas bagi perusahaannya, tapi mereka menolak untuk mendiskusikan masalah ini secara mendetail.

Menurut juru bicara Sony, Rick Clancy, biar bagaimanapun juga, Sony mendukung tindakan preventif yang dilakukan oleh Dell untuk menarik kembali baterai-baterai yang berpotensi untuk meledak.

Ledakan Laptop, Bukan Masalah Baru

Masalah overheat pada baterai lithium-ion bukanlah hal yang baru. Masalah ini sudah mejadi perhatian banyak orang dan kelompok konsumen.

Paket baterai lithium mengandung bagian-bagian yang terdiri dari potongan-potongan metal yang sangat kecil. Potongan-potongan metal ini bisa menjadi terlalu panas jika bersentuhan dengan komponen-komponen lain dalam baterai.

Biasanya, saat baterai menjadi terlalu panas, komputer akan mati dengan sendirinya. Dalam beberapa kasus, baterai bisa terbakar. Memang belum ada korban jiwa dalam kasus-kasus ledakan yang terjadi, tapi hal tersebut toh tetap berbahaya.

Menurut Scott Wofson, juru bicara dari Consumer Product Safety Commision, “Sekali baterai mencapai temperatur yang sangat tinggi, artinya ia tidak memiliki sebuah mekanisme untuk mengeluarkan panas.” Dengan kata lain, baterai tersebut tidak memiliki sistem ventilasi yang baik.

Kasus yang menimpa Thomas bukan yang pertama terjadi.Pertengahan Desember 2005, isu mengenai baterai Dell yang overheat dan berisiko untuk meledak juga pernah muncul ke permukaan. Baterai-baterai yang ditarik dari peredaran waktu itu adalah baterai dari tipe produk Latitude, Inspiron, XPS, dan Dell Precision. Baterai-baterai tersebut dilabeli merek Dell dan label ”Made in Japan” atau ”Made in China”.

Baterai Laptop Memang Berisiko untuk Meledak

Masalah ledakan laptop bukan hal yang baru di industri komputer. Dilansir di www.lawyersandsettlements.com bahwa di Amerika Serikat, sejak tahun 2001, telah terjadi lebih dari 43 insiden letupan api pada laptop. Dari beberapa insiden tersebut dilaporkan bahwa panas dari laptop bisa melelehkan dan membakar karpet yang menjadi alasnya.

Dell bukan satu-satunya produsen laptop yang pernah menarik membali baterai-baterainya. Sebagai informasi, pada bulan Desember 2005, Dell pernah menarik 22.000 baterainya dari pasaran. Dan sebagai respon atas masalah yang sama, Hewlett Packard, di tahun 2005, juga pernah menarik 15.700 baterai laptop-nya.Pun Apple pernah menarik kembali 120.000 baterainya pada tahun yang sama.

Umumnya, baterai laptop terbuat dari bahan lithum-ion. Bahan lithium memang banyak digunakan pada laptop karena dianggap sebagai bahan yang memakan sedikit konsumsi daya, tidak mempengaruhi memori (seperti bahan baterai lainnya), dan yang terpenting tidak banyak menyedot energi saat laptop sedang tidak digunakan. Tapi, baterai dari bahan lithium juga bisa berbahaya.

Melalui proses kimia dalam pelepasan oksigen, baterai lithium-ion menghasilkan daya listrik. Oksigen bisa bereaksi dengan komponen-komponen lain yang menghasilkan panas dalam baterai. Dan hal ini berpotensi untuk menyebabkan membran baterai meleleh. Jadi, hati-hati jika baterai laptop Anda cepat panas, dan panasnya melebihi panas yang sewajarnya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar